Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Grobogan

Penggunaan pakaian secara khusus merupakan ciri masyarakat kebanyakan manusia. Tidak diketahui kapan awal manusia memakai pakaian tapi pakar antropologi percaya bahwa kulit binatang dan kulit pepohonan sebagai bahan pakaian dengan penutup sebagai perlindungan dari cuaca dingin, suhu panas dan hujan terutama saat manusia berimigrasi atau berpindah ke iklim yang baru. Pakaian dan tekstil sangat penting dalam sejarah manusia dan mencerminkan bahan yang telah digunakan.

Signifikansi sosial dari produk jadi mencerminkan budaya mereka. Pakaian mulai muncul pada kehidupan manusia sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Dari beberapa penemuan salah satu penemuan benda-benda yang digunakan untuk membuat baju yaitu jarum jahit yang diyakini milik budaya Solutrean yang ada di Prancis dari 19.000 SM hingga 15.000 SM. Lalu ditemukannya alat tenun pertama di Dolni Vestonice, Republik Ceko. Setelah mengenal tradisi menenun, manusia mulai memanfaatkan benang yang dipintal dari kapas, bulu domba, atau ulat sutera untuk dijadikan kain sebagai bahan dasar pakaian. Dari zaman kuno sampai sekarang, mereka memiliki pandangan masing-masing tentang berpakaian sendiri menurut kebudayaan mereka. Setiap bangsa mengenal tradisi berpakaian pada masa yang berbeda sesuai dengan kebudayaan masing-masing. Jauh sebelum memasuki abad Masehi, bangsa Mesir, Persia, Yunani, dan Romawi sudah mengenal tradisi berpakaian. Sekitar 2000 Sebelum Masehi (SM), pakaian mulai dibuat dengan cara ditenun. Saat itu, bangsa Mesir sudah menenun kain linen. Pada era Persia Kuno, wanita sudah menggunakan celana panjang. Sekitar 200 SM, bangsa Romawi mulai mengenakan kain linen (seperti kaus). Manusia di Nusantara sendiri mengenal tradisi berpakaian sejak Zaman Batu Muda (Neolitikum).[Wikipedia]

Dewasa ini jenis pakaian semakin berkembang, dengan warna warni dan beragam model serta corak. Tampil beda dan unik juga menjadi idaman setiap orang. Dengan menggunakan pakaian bekas pakai dengan sedikit sentuhan kreatifitas dapat membuat tampilan menjadi lebih menarik.

Tampil hitz dengan corak dan warna yang saling bertabrakan menggundang mata untuk melihat. Penggunaan bahan pewarna kimia umum dilakukan untuk melakukan pewarnaan pakaian. Warnanya yang lebih awet serta banyak pilihan warna membuat orang-orang beramai-ramai memilih pewarna kimia, namun dampak buruknya dapat membuat lingkungan menjadi tercemar.

Pewarna alami mulai dilirik oleh banyak orang. Sifatnya yang ramah akan lingkungan lah yang menjadi alasan utama bahan pewarna ini dipilih. Pewarna yang didapatkan dari berbagai tanaman dan tumbuhan inipun juga dapat menghasilkan warna yang indah. Berikut beberapa contoh tanaman dan tumbuhan yang dapat dipakai dan mudah diaplikasikan di rumah :

 

 


Deprecated: Directive 'allow_url_include' is deprecated in Unknown on line 0